Pernahkah kamu mengalami pembatalan pesanan karena stok barang yang dijual teryata habis? Inilah yang dinamakan dengan oversell. Oversell adalah ketika jumlah penjualan melebihi stok yang dimiliki sehingga harus dilakukan pembatalan.
Biasanya ini dikarenakan data stok yang tertera di sales channel yang kamu gunakan tidak sesuai dengan stok yang ada di gudang. Namun, sebelu membahas faktor-faktor yang menyebabkan oversell, pahami dulu mengapa oversell dapat berdampak negatif bagi bisnis.
Oversell berarti mengurangi revenue
Oversell berdampak negatif pada customer’s loyalty
Konsumen bisa berpaling kepada kompetitor
Berkurangnya Revenue Akibat Oversell
Sebagaimana yang dilansir oleh Retail Dive, sebuah studi oleh IHL mengungkap bahwa kerugian yang dialami oleh pengusaha ritel mencapai 1 triliyun dolar AS akibat oversell. Studi dengan 600 rumah tangga dan beberapa toko ritel sebagai subjeknya menunjukan bahwa 30% penyebab terjadinya kerugian ini adallah stok yang habis.
Dampak Negatif Customer’s Loyalty Akibat Oversell
Dampak buruk lainnya adalah loyalitas dan kepercayaan konsumen akan hilang ketika terjadi oversell. Ketika berbelanja, konsumen bergantung kepada penjual agar kebutuhannya dapat terpenuhi. Kepercayaan konsumen akan hilang ketika kebutuhannya gagal terpenuhi akibat stok barang yang habis, terutama apabila hal ini terjadi berulang-ulang.
Berpalingnya Konsumen Kepada Kompetitor
Permasalahan oversell akan menyebabkan kaburnya konsumen ke kompetitor. Bahkan, 37% pembeli akan langsung berpaling ke brand lain apabila mereka menglalami satu kali saja peristiwa oversell.
Lalu, faktor apa saja yang bisa menyebabkan oversell?
Permasalahan oversell, terutama yang terjadi pada D2C brands, hampir selalu terjadi karena supply chain yang tidak terkelola dengan baik. Kelalaian seperti terlambatnya pengiriman stok ke gudang; data stok yang tidak synchronized yang tercatat di gudang dan yang tertera di sales channel; sampai bahkan kekeliruan dalam proses pencatatan data inventaris.
Semua ini merupakan permasalahan supply chain yang mampu mengakibatkan oversell.
Solusinya tentu saja adalah membenahi pengelolaan supply chain, terutama pada sektor inventory management. Berikut adalah beberapa cara yang bisa kamu gunakan untuk mengatasi masalah oversell dari sisi inventory management.
Pergunakan Inventory Management Software
Dengan inventory management software kamu bisa memantau pergerakan inventaris kamu secara terukur dan juga efisien. Beberapa hal yang bisa dilakukan dengan bantuan software ini antara lain:
melacak stok
otmatisasi purchase order
mengatur peringatan ketika stok menipis
menyelaraskan stok secara real-time
Menerapkan Forecasting
Forecasting dapat membantu pemilik bisnis memperkirakan kapan stok yang dimiliki akan habis. Dengan menghitung rata-rata penjualan dalam suatu periode, pemilik bisnis mendapatkan gambaran seberapa besar demand terhadap suatu produk. Data ini lalu digunakan untuk mengantisipasi seberapa besar kuantiti yang harus dipesan ke partner supplier dan vendor agar tidak terjadi oversell.
Menggunakan Layanan 3PL
Jika dirasa kedua solusi di atas terlalu rumit untuk dilakukan sendiri, pemiliki bisnis tentu saja bisa menggunakan layanan dari perusahaan 3PL atau third-party logistics yang bisa membantu dalam pengelolaan inventaris. Perusahaan seperti Praktis dengan layanan Simpan.Praktis-nya yang berfokus pada order fulfillment dapat membantu D2C brands mengelola inventarisnya, termasuk menyediakan monthly forecasting sehingga brand owners bisa mengantisipasi oversell.
Jangan sampai oversell mengurangi revenue kamu, apalagi sampai merusak reputasi brand kamu. Gunakan servis fulfillment dari Simpan.Praktis! Kunjungi website kami di www.praktis.co untuk informasi lebih lanjut.
Comments