Praktis21 Apr 20252 min read

Produk Laku Bukan Soal Tren, Tapi Solusi: Ini Cara Menemukannya

Produk Laku Bukan Soal Tren, Tapi Solusi: Ini Cara Menemukannya

Mengapa Produk yang Laku Bukan Selalu yang Lagi Tren

Banyak pelaku UMKM terjebak dengan pola: “lihat tren → buru-buru produksi → nggak laku lama.”
Padahal kenyataannya, produk yang benar-benar sukses jangka panjang adalah yang menyelesaikan masalah konsumen.
Bukan cuma tren, tapi solusi.


1. Dengarkan Masalah Konsumen, Bukan Sekadar Keinginannya

Konsumen sering bilang mereka ingin "produk murah" atau "desain kekinian," tapi yang sebenarnya mereka butuhkan adalah produk yang awet, nyaman, dan tidak bikin repot.

Contoh:

Kamu jual tote bag. Banyak konsumen bilang mereka suka tote bag simpel. Tapi setelah ditanya lebih dalam, ternyata:

  • Mereka sering kesal karena tote bag nggak punya resleting

  • Susah nyari kunci di dalamnya karena nggak ada kantong kecil

Maka kamu bisa bikin tote bag simpel, tapi punya zipper dan organizer dalam. Itulah solusi.


2. Pelajari Review Kompetitor: Tambang Emas Insight Gratis

Review marketplace bisa membantumu melihat kekurangan dari produk yang sudah laku.
Gunakan insight ini untuk menawarkan versi “lebih baik”-nya.

Contoh:

Kamu ingin jual celana linen wanita. Di marketplace, banyak review celana linen bilang:

  • “Bahannya adem tapi cepat melar.”

  • “Warnanya bagus, tapi gampang kusut.”

Maka kamu bisa cari bahan linen blend yang lebih kuat dan wrinkle-resistant. Di foto, tampilkan perbandingan kain biasa dan kain milikmu agar konsumen paham keunggulannya.


3. Observasi Perilaku Konsumen (Online & Offline)

Perhatikan bagaimana konsumen berinteraksi dengan produk sebelum membeli. Banyak insight bisa didapat dari situ.

Contoh:

Kamu punya booth di bazaar. Banyak pelanggan mencoba outerwear-mu tapi akhirnya bilang:

  • “Bagus sih, tapi panjangnya tanggung ya…”

Itu bisa jadi sinyal bahwa kamu perlu menambah varian ukuran atau model lebih panjang.
Atau kalau jualan online, lihat DM pelanggan:

  • “Ada versi tanpa lengan nggak?”

  • “Panjang bajunya sampai mana ya?”

Gunakan pertanyaan berulang sebagai bahan riset produk berikutnya.


4. Gunakan Data Penjualan & Feedback Internal

Jangan cuma fokus ke produk yang paling viral, tapi lihat juga:

  • Produk dengan return rate paling rendah

  • Produk dengan ulasan positif terbanyak

  • Produk yang sering direkomendasikan secara organik oleh konsumen

Contoh:

Kamu jual 5 jenis kaos, tapi ternyata yang paling sering direstock adalah kaos dengan potongan loose dan warna earth tone.

Ini sinyal bahwa fit dan warna itu menjadi solusi bagi mereka yang ingin pakaian nyaman dan mudah dipadupadankan.

Fokuskan pengembanganmu ke arah itu, bukan coba bikin kaos yang "nyala" hanya karena tren neon lagi naik.


5. Uji Coba Lewat Pre-order atau Soft Launch

Daripada langsung produksi banyak, uji dulu ide produkmu ke audiens kecil—komunitas loyal atau follower aktif.

Contoh:

Kamu ingin luncurkan hoodie crop untuk cewek.
Bikin dulu versi prototype, lalu:

  • Post di Instagram Story: “Lebih suka pakai hoodie yang crop atau long?”

  • Minta follower vote: warna mana yang mereka pilih?

Ini tidak hanya bantu validasi ide, tapi juga bangun rasa memiliki (sense of belonging) sebelum produk resmi rilis.


6. Produk Solutif = Fungsi + Emosi + Cerita

Produk yang disukai konsumen biasanya memenuhi 3 hal ini:

  • Fungsi: Memecahkan masalah nyata

  • Emosi: Membuat pengguna merasa spesial, percaya diri, nyaman

  • Cerita: Ada nilai di balik produk (lokal, sustainable, etis)

Contoh:

Kamu jual skincare alami.
Bukan hanya bilang “alami,” tapi tunjukkan:

  • Bahan lokal dari petani Indonesia

  • Dikemas oleh ibu-ibu rumah tangga

  • Tidak memakai kemasan plastik sekali pakai

Konsumen tidak hanya membeli karena produk bikin kulit glowing, tapi juga karena mereka merasa ikut berkontribusi terhadap sesuatu yang baik.

0 views
bg

Ready to elevate your Business?

Join forces with us to secure liquidity, ensuring smooth business operations and a unified solution for managing multiple vendors in a seamless supply chain